Sarwendah mengaku telah rutin melakukan pemeriksaan kesehatan untuk memantau perkembangan kistanya. Kabar baiknya, ukuran kista tersebut tidak membesar, sehingga dokter menyatakan kondisinya masih dalam batas aman.
“Asal ukuran kistanya tidak membesar, kata dokter masih aman,” ujarnya saat ditemui awak media di kawasan Tendean, Jakarta Selatan, pada 29 Januari 2025.
Namun, jika kista tersebut mengalami pertumbuhan, Sarwendah kemungkinan harus menjalani operasi otak—suatu langkah yang diakuinya berisiko tinggi.
“Jadi kalau operasi, risikonya 50-50. Jadi, lebih baik seperti ini saja. Saya berdamai dengan penyakit ini dengan hidup bersamanya,” tutur Sarwendah dengan tenang.
Keputusan untuk tidak menjalani operasi menjadi pilihannya karena mempertimbangkan dampak yang bisa terjadi. Dengan kondisi saat ini, ia lebih memilih untuk menjaga keseimbangan hidup dan menghindari faktor pemicu yang memperburuk gejalanya.
Migrain yang Sering Kambuh Akibat Stres
Kista yang bersarang di batang otak menyebabkan Sarwendah sering mengalami migrain, terutama saat dirinya merasa stres atau sedang banyak pikiran.
“Jadi kalau sedang banyak pikiran, aku migrain. Karena terlalu sering migrain, akhirnya aku cek kan. Ternyata aku migrain karena stres,” ungkapnya.
Keluhan pusing yang sering dialami Sarwendah pun membuatnya harus lebih berhati-hati dalam mengatur aktivitas sehari-hari. Dokter menyarankan agar ia mengurangi stres dan menghindari tekanan mental yang berlebihan, karena kondisi emosional yang tidak stabil dapat memperparah gejalanya.
Sebagai langkah pencegahan, Sarwendah kini lebih fokus pada menjaga kesehatan mental dan fisiknya, termasuk mencari cara agar tetap bahagia dan tidak mudah terbebani oleh berbagai pikiran yang bisa memicu stres.
Upaya Sarwendah untuk Tetap Sehat dan Bahagia
Menyadari bahwa stres menjadi pemicu utama migrainnya, Sarwendah kini lebih selektif dalam mengelola pikirannya. Ia berusaha untuk menjaga keseimbangan antara aktivitas, keluarga, dan waktu istirahat, agar kondisi kesehatannya tetap stabil.
Dukungan dari keluarga, terutama suami dan anak-anaknya, menjadi salah satu faktor penting yang membuatnya tetap semangat menjalani kesehariannya. Selain itu, Sarwendah juga diketahui menjaga pola makan sehat, rutin berolahraga ringan, serta melakukan berbagai aktivitas yang membuatnya lebih rileks.
Dengan sikap yang positif dan penuh kesadaran akan kondisinya, Sarwendah berharap dapat terus menjalani hidup dengan tenang meskipun harus berdampingan dengan penyakit yang ia derita.
“Saya berdamai dengan penyakit ini dan berusaha untuk tetap bahagia. Yang penting tetap semangat dan menjalani hidup dengan baik,” tutupnya.
Meski menghadapi tantangan kesehatan, Sarwendah tetap menunjukkan ketegaran dan sikap optimis dalam menjalani hidup. Kisahnya bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk tetap menjaga keseimbangan fisik dan mental, serta menerima kondisi yang tidak bisa dihindari dengan penuh kesadaran dan ketenangan.